Sabtu, 16 Juni 2012

UJIAN

SRI UMBANG SULASTRI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH             : SMA Kartika Kendari
MATA PELAJARAN    : Bahasa Indonesia
KELAS             : X
SEMESTER             : 1
ALOKASI WAKTU        : 2 x 45 Menit

NOKOMPETENSI DASARTUJUAN PEMBELAJARANSKENARIO PEMBELAJARANINDIKATOR
1.
  • Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman.
  • Kognitif
    Proses
Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen
PERTEMUAN I
A1    Kegiatan awal (10 menit)
  •     Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir.
  •     Guru memberi motivasi kepada siswa.
  •     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
  •     Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra
  • Kognitif
    Proses
    Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
2.
  • Produk
Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di  atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan.
B1    Kegiatan inti (25 menit)
  •    Siswa membentuk kelompok antara 4-5 orang per kelompok.
  •     Guru memberi penjelasan tentang kinerja yang akan dilakukan siswa pada saat menyimak cerita yang akan disampaikan.
  •     Siswa mendengarkan/menyimak cerita pendek yang sudah disediakan oleh guru, yang akan dibacakan oleh teman secara bergantian.
  •     Secara berkelompok siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik di dalam cerpen kemudian mengidentifikasi dan menuliskan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen.
  •     Setiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk menyampaikan secara lisan hasil diskusi secara runtut dan jelas di depan kelas.
  •     Siswa bertanya jawab/menanggapi informasi yang didengar/disimak dengan bahasa dan alasan yang rasional dan logis.               
  • Produk
    Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
    Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen
3.
  • Psikomotor
Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan dalam LKS 1: psikomotor.
C1    Kegiatan akhir (10 menit)
  •     Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini.
  •     Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
  •     Guru memberi tugas kepada siswa kemudian pembelajaran ditutup dengan salam.
               
  • Psikomotor
    Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen
    Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman.
4.
  • Afektif
    Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti kerja sama, teliti dan tanggap.

  • Afektif
    Karakter
    Kerja sama
    Teliti
    Tanggap

Kenakalan remaja

•    Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
•    Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?
Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Jenis-jenis kenakalan remaja
•    Penyalahgunaan narkoba
•    Seks bebas
•    Tawuran antara pelajar
Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
1.    Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2.    Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1.    Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2.    Teman sebaya yang kurang baik
3.    Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja:
1.    Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2.    Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.    Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4.    Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5.    Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Bentuk paradigma

Bentuk-bentuk paradigma atau model penelitian kuantitatif :
Paradigma sederhana adalah paradigma penelitian yang terdiri dari satu variabel independent dan satu variable dependen
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sample untuk menentukan sample yang akan digunakan dalam penelitian
Teknik sampling terdiri dari :
•    Probability sampling adalah teknik pengambilan sample dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sample, yang terdiri dari :
•    Simple random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut.
•    Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata secara proporsi dalam populasi tersebut.
•    Disproporsi stratified random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara acak apabila dalam populasi berstrata tersebut kurang proporsional.
•    Cluster sampling adalah teknik pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara acak apabila dalam populasi tersebut terdiri dari populasi yang sangat luas.
•    Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur dari populasi untuk dipilih menjadi sample, yang terdiri dari :
•    Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sample berdasarkan urutan dari anggota popuasi yang telah diberi nimor urut.
Sampling kuota adalah teknik pengambilan sample dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
•    Sampling incidental adalah tekhnik penentuan sample berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data
•    Sampling purporsive adalah tekhnik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu
•    Sample jenuh adalah tekhnik penentuan sample apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sample.
•    Snowball sampling adalah tekhnik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar

Tingkat explanasinya

Penelitian menurut tingkat explanasinya
•    Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara varibel yang satu dengan yang lain. Contoh: penelitian yang berusaha menjawab bagaimanakah profil presiden Indonesia, bagaimanakah etos kerja dan prestasi kerja para karyawan di departemen x.
•    Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.  Contoh: adakah perbedaan profil presiden Indonesia dari waktu ke waktu, adakah perbedaan kemampuan kerja antara lulusan SMK dengan SMU.
•    Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variable atau lebih.
Contoh: adakah hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan tamu, adakah pengaruh insentif terhadap prestasi kerja pegawai.
Penelitian menurut jenis data dan analisis
•    Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan data kualitatif (data yang berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar)
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif (data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan
Penelitian kualitatif dan kuantitatif
Macam-macam data penelitian
•    Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat sketsa dan gambar.
•    Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan.
•    Data diskrit (data nominal) adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara trepisah, secara diskrit atau kategori.
•    Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan diperoleh dari hasil pengukuran.
•    Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
•    Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidam mempunyai nilai 0 (nol) mutlak.
•    Rasio adalah data yang jaraknya sama.
•    Variable adalah atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Macam-macam istilah dalam penelitian
Variable independent adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable terikat (dependen).
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.
Variable moderator adalah variable yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variable dependen dan variable independent.
Variable intervening adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi hub. Antara variable dependen dan variable independent menjadi hub. Yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Variable control adalak variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variable independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti.
Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab dalam penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistic yang akan digunakan.

Syarat penelitian

Syarat-syarat latar belakang masalah :
1.    Argumentasikan urgensi penelitian, sehingga orang percaya bahwa hal itu perlu diteliti
2.    Bagaimana meyakinkan pada pembaca bahwa topic itu penting
3.    Kemukakan fakta-fakta awal yang kongkrit
4.    Kemukakan kesenjangan yang ada antara dassain (keadaan yang ada) dengan dassolen (keadaan yang diinginkan)
5.    Perlu segera ditangani atau perlu diteliti
6.    Kemukakan ide-ide awal
Syarat-syarat rumusan masalah :
1.    Berisi pertanyaan yang akan dijawab melalui pengumpulan data, pengolahan dan analisis data
2.    Rumusan masalah sebaiknya terdiri dari 2 atau 3
3.    Harus mempunyai rujukan (tinjauan pustaka)
Tinjauan pustaka (bagaimana seorang peneliti menempatkan teori sebagai satu bangunan ilmiah atau mereview pendapat-pendapat orang lain) terbagi atas dua:
•    Landasan teoritis : setiap teori mempunyai asumsi yang berkaitan dengan kondisi nyata dimasyarakat.
•    Landasan empiris : merekonstruksi hasil penelitian orang lain yang kemudian digunakan sebagai landasan dengan melengkapi banguna ilmiah yang telah ada sebelumnya.
•    Kerangka pikir merupaka ide (gagasan) yang bersumber dari peneliti itu sendiri dan melihat hubungan-hubungan setelah membaca referensi, kemudian memilih pendekatan-pendekatan apa yang digunakan
Jenis-jenis penelitian
Penelitian menurut tujuan:
•    Penelitian murni merupakan penelitian yang dilakukan atau diarahkan sekedar untuk memahami masalah organisasi secara mendalam dan hasil penelitian tersebut untuk pengembangan ilmu administrsi atau manajemen.
•    Penelitian terapan mereupakan penelitian yang diarahkan untuk mendapakan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Penelitian menurut metode:
•    Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetap[I data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable. Contoh: penelitian untuk mengungkapkan kecenderungan masyarakat dalam memilih pemimpin nasional dan daerah, kualitas SDM masyarakat Indonesia.
•    Penelitian Ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliyi peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui factor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Contoh: penelitian untuk mengungkapakn sebab-sebab terjadinya kebakaran gedung di suatu lembaga pemerintah, penelitian untuk mengungkapakan sebab-sebab terjadinya kerusuhan di suatu daerah.
•    Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Tredapat empat bentuk metode eksperimen yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan quai experimental. Contoh: penelitian penerapan metode kerja baru terhadap produktifitas kerja, penelitian pengaruh mobil berpenumpang tiga terhadap kemacetan lalu lintas.
•    Penelitian naturalistic sering juga disebut metode kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah. Contoh: penelitian untuk mengungkapakn makna upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu, penelitian untuk menemukan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi.
•    Policy research (penelitian kebijaksanaan) adalah suatu proses penelitian yang dilakukaan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah social yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak dalam menyelesaikan masalah. Contoh: penelitian untuk membuat undang-undang atau peraturan tertentu, penelitian untuk pengembangan struktur organisasi.
•    Action research aadalah penelitian yang bertujuan untu mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Contoh: penelitian untuk memperbaiki prosedur dan metode kerja dalam pelayanan masyarakat, penelitian mencari metode mengajar yang baik.
•    Penelitian evaluasi adalah penelitian yang berfungsi untuk menjelaska fenomena suatu kejadian, kegiatan dan product. Contoh: penelitian proses pelaksanaan suatu peraturan atau kebijakan, penelitian keluarga berencana.
•    Penelitian sejarah adalah penelitian yang berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu.
•    Contih: penelitian untuk mengetahui kapan berdirinya kota tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan hari ulang tahun, penelitian untuk mengetahui perkembangan peradaban kelompok masyarakat tertentu.

Data analisis

1.    DATA ANALISIS
Data yang dianalisis dalam skripsi “ Kemampuan Menentukan Unsur Instrinsik Cerpen Sisws Kelas IX SMP Negeri 2 Sampara.” Oleh Arliana tahun 2012.
2.    Hasil Analisis
Kesalahan
a). . . baik pada jenjang Sekolah dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Terdapat pada halaman 3.
Benar
. . . baik Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
 Karena huruf kapital dipakaisebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Kesalahan
b). . . SMP/MTs memuat tentang Kompetensi Dasar menemukan tema, latar, dan penokohan. Terdapat pada halaman 26.
Benar
SMP/MTs memuat tentang kompetensi dasar menemukan tema, latar, dan penokohan.
Karena kata kompetensi dasar bukansebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi ataupun judul buku, surat kabar bahkan judul karangan.

Huruf kapital

      Pemakaian Huruf Kapital
1.    Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia mengantuk.
Kita harus bekrja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
2.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan lansung.
Misalnya :
Adik bertanya, “Kapan kita pulang ?”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat.”
3.    Huruf kapita dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Al Quran, dsb.
Tuhan akan menunjukan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang
Misalnya :
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Alim, Imam Syafei.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya :
Dia baru diangkat menjadi sultan.
Tahun ini dia naik haji.
5.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Perdana Menteri Nehru, Professor Supomo, Skertaris Jenderal Pertanian, Gubernur Irian Jaya.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi atau nama tempat
Misalnya :
Siapakah nama gubernur yang baru dilantik itu ?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
La Ode Sariful, Amir, Gonzales, Boaz salosa, Lionel messi.
7.    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, bangsa dan bahasa.
Misalnya :
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata keturunan.
Misalnya :
Mengindonesiakan kata asing.
Keinggris-inggrisan.
8.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
Tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jum’at, hari Galungan, hari Lebaran, hari Natal.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya :
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
9.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya :
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Danau Toba, Daratan Tinggi Dieng, gunung Semeru.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografiyang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya :
Berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi kea rah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya :
Garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon.
10.    Huruf kapital dipakaisebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya :
Repoblik Indonesia, Majelis Permusawaratan Rakyat, Departemen Pendididkan dan Kebudayaan
Badan Kesehjateraan Ibu dan Anak.
11.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta dokumen  resmi.
Misalnya :
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosisal, Undang-Undang Dasar Repoblik Indonesia, Rancangan Undang-Undang.
12.    Huruf kapital dipakai sebagai sebagai huruf pertama semua unsur kata ulang sempurna, nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan.
Misalnya :
Saya telah membaca buku dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukun perdata.
13.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
Dr               doctor
M.A            master of arts
S.E              sarjana ekonomi
S.H             sarjana hukum
       14. Huruf kapital dipakai sebagai pertama dan kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,          saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai penyapaan dan pengacauan.
            Misalnya :
            “Kapan Bapak berangkat ?” Tanya Harto
            Adik bertanya, “Itu apa Bu ?”
            Surat Saudara sudah saya terima.

Latar belakang

1.1    Latar Belakang
       Pada dasarnya kemempuan yang ada dalam diri seseorang merupakan kemampuan bakat yang paling pokok dengan kemampuan itu seseorang mempuyai kesempatan untuk mengembangkan diri. Menulis merupakan salah satu ciri orang yang terpelajar yang digunakan untuk meyakinkan serta mempengaruhi orang lain dengan maksud baik. Sedangkan cirri-ciri tulisan menurut Ade Istein dan Pival dalam Tarigan (1981 : 7), menyatakan bahwa tulisan yang baik mencerminkan kemampuan seorang penulis menggunakan nada yang serasi, menyusun bahan yang tersedia menjadi satu kesatuan yang baik, melukiskan dengan jelas sehingga maknanya tidak samar-samar, dan mempergunakan ejaan dan tanda baca seksama, memberikan makna kata dan hubungan ketata bahasaan dalam kalimat-kalimat.
        Selanjutnya Peck dan Schulz sebagaimana dikutip dan dikemukakan oleh Tarigan (1981 : 29), berpendapat bahwa kemampuan itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang terprogram. Biasanya program dalam bahasa tulis yang direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan. Maka dari itu makalah ini akan menganalisis kesalahan-kesalahan  penulis dalam menulis sebuah laporan atau karya ilmiah yang  berupa skripsi, khususnya dalam penggunaan  atau Pemakaian Huruf Kapital Pada Skrpsi Dengan Judul ”Kemampuan menentukan Unsur Instrinsik Cerpen Siswa Kelas IX Negeri 2 Sampara.”
I.2  Masalah
         Adapun yang menjadi permasalahan dalam analisis ini adalah “Bagaimanakah pengunaan/pemakaian huruf kapital dalam penulisan skripsi mahasiswa?”

I.3  Tujuan dan Manfaat Analisis
I.3.1 Tujuan
         Adapun tujuan yang diharapkan dalam analisis ini adalah untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan dalam penulisan skripsi mahasiswa
I.3.2 Manfaat
         Manfaat yang hendak dicapai dalam analisis ini adalah sebagai berikut :
1.    Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa dalam penulisan skripsi, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana.
2.    Sebagai perbaikan pada skripsi yang sudah ada.
3.    Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang tulis-menulis khususnya dalam penulisan skripsi.
I.4 Ruang Lingkup
           Analisis ini mengkaji tentang pengunaan/pemakain huruf besar atau huruf kapital dalam penulisan karya ilmiah seperti skripsi sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.


Resepsi sastra

TEORI RESEPSI SASTRA I
Teori resepsi sastra merupakan salah satu aliran dalam penelitian sastra
yang terutama dikembangkan oleh mazhab Konstanz tahun 1960-an di jerman.
Teori ini menggeserkan fokus penelitian dari struktur teks ke arah penerimaan
atau penikmatan pembaca. Mazhab Konstanz meneruskan penelitian
fenomenologi, strukturalisme Praha, dan hermeneutika.
Untuk memahami latar belakang teori-teori resepsi, terlebih dahulu
dijelaskan secara singkat pandangan-pandangan yang berperan mendorong
tumbuhnya pandangan resepsionistik itu, terutama fenomenologi dah
hermeunetika.
Fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl sebagai aliran filsafat yang
menekankan bahwa gejala-gejala harus diajak berbicara dan diberi kesempatan
memperlihatkan diri. Bagi husserl, objek penelitian filosofis yang sebenarnya
adalah isi kesadaran kita dan bukan objek dunia. Kita menemukan sifat-sifat
universal atau esensial dalam benda-benda yang tampak justru di dalam kesadaran
kita. Dengan demikian, makna gejala-gejala hanya dapat disimpulkan berdasarkan
pengalaman kita mengenai gejala-gejala itu. Ketika Roman Ingarden mencoba
menggambarkan cara khas penerimaan sebuah karya seni, dia menggunakan
kerangka acuan fenomenologi untuk menjelaskannya. Menurut Ingarden, setiap
karya sastra secara prinsip belum lengkap karena hanya menghadirkan bentuk
skematik dan sejumlah tempat tanpa batas yang perlu dilengkapi secara individual
menurut pengalamannya akan karya-karya lain. Namun demikian, sejauh
menyangkut teks, kelengkapan itu tak pernah dapat sempurna. Yang dapat
dilakukan untuk melengkapi struktur karya sastra itu adalah melakukan
konkretisasi (penyelarasan atau pengisian makna oleh pembaca).
Hermeneutika semula terbatas pada teori dan kaidah menafsirkan sebuah
teks, khususnya kitab suci agama Yahudi dan Kristen secara filologis, historis,
dan teologis. Schleiermacher memperluas istilah itu untuk menyebut cara kita
memahami dan menafsirkan sesuatu yang selalu dipengaruhi oleh konteks
43
historis. Gadamer memperluas lagi lingkup hermeneutik. Menurut dia istilah itu
mengacu pada proses mengetahui, memahami, dan menafsirkan sesuatu tidak
hanya melibatkan subjek dan objek, melainkan merupakan sebuah proses sejarah.
Cakrawala kesadaran sejarah yang meliputi si penafsir menentukan
pengetahuannya (Hartoko, 1986: 38).
Berikut ini akan dikemukakan teori-teori resepsi yang paling menonjol
dalam lingkup teori sastra.
1. Hans Robert Jauss: Horison Harapan
Teori resepsi, yang merupakan sebuah aplikasi historis dari tanggapan
pembaca terutama berkembang di Jerman ketika hans Robert Jauss
menerbitkan tulisan berjudul Literary Theory as a Challenge to Literary
Theory (1970). Fokus perhatiannya, sebagaimana teori tanggapan pembaca
lainnya, adalah penerimaan sebuah teks. Minat utamanya bukan pada
tanggapan seorang pembaca tertentu pada suatu waktu tertentu melainkan
pada perubahan-perubahan tanggapan interpretasi dan evaluasi pembaca
umum terhadap teks yang sama atau teks-teks yang berbeda dalam kurun
waktu berbeda.
Jauss merupakan seorang ahli dalam bidang sastra Perancis abad
pertengahan dari Universitas Konstanz. Sebagai seorang ahli dalam bisang
sastra lama, Jauss beranggapan bahwa karya sastra lama merupakan
produk masa lampau yang memiliki relevansi dengan masa sekarang,
dalam arti ada nilai-nilai terntentu untuk orang yang membacanya. Untuk
menggambarkan relevansi itu Jauss memperkenalkan konsep yang
terkenal: Horizon Harapan yang memungkinkan terjadinya penerimaan
dan pengolahan dalam batin pembaca terhadap sebuah objek literer.
Melalui penelitian resepsi, Jauss ingin merombak sejarah sastra masa itu
yang terkesan hanya memaparkan sederetan pengarang dan jenis sastra
(genre). Fokus perhatiannya adalah proses sebuah karya sastra diterima,
sejak pertama kali ditulis sampai penerimaan-penerimaan selanjutnya.
44
De Man menilai bahwa Jauss berusaha menjembatani teori-teori
formalisme Rusia dengan teori-teori Marxis. Teori formalisme Rusia
dipandangnya terlalu berlebihan menekankan nilai estetik teks sehingga
mengabaikan dungsi sosial sastra. Sebaliknya teori-teori Marxis terlalu
menekankan fungsi sosial sastra dalam masyarakat sehingga hakikat sastra
sebagai karya seni kurang diperhatikan. Jauss menegaskan bahwa sebuah
karya sastra merupakan objek estetik yang memiliki implikasi estetik dan
implikasi historik. Implikasi estetik timbul apabila teks dinilai dalam
perbandingan dengan karya-karya lain yang telah dibaca, dan implikasi
historis muncul akibat perbandingan historis dengan rangkaian penerimaan
atau resepsi sebelumnya.
Jaus mengungkapkan tujuh tesis pemikiran teoretisnya. Secara
singkat ketujuh tesis itu berikut ini.
1) Karya sastra bukanlah monumen yang mengungkapkan makna yang
satu dan sama, seperti anggapan tradisional mengenai objektivitas
sejarah sebagai deskripsi yang tertutup. Karya sastra ibarat oerkestra:
selalu memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menghadirkan
resonansi yang baru yang membebaskan teks itu dari belenggu bahasa,
dan menciptakan konteks yang dapat diterima pembaca masa kini.
Sifat dialogal ini memungkinkan pembaca mengapropriasikan masa
lampau untuk ditiru, diabaikan, atau ditolak.
2) Sistem horison harapan pembaca timbul sebagai akibat adanya momen
historis karya sastra, yang meliputi suat prapemahaman mengenai
genre, bentuk, dan tema dalam karya yang sudah diakrabi, dan dari
pemahaman mengenai oposisi antara bahasa puitis dan bahasa seharihari.
Sekalipun sebuah karya sastra tampak baru sama sekali, ia
sesungguhnya tidak baru secara mutlak seolah-olah hadir dari
keosongan. Sastra telah memerpsiapkan pembacanya dalam sebuah
sistem penerimaan yang khas melalui tanda-tanda dan kode-kode
dalam perbandingan dengan hal yang sudah dikenal sebelumnya. Jadi,
ada interaksi antara teks dengan konteks pengalaman pencerapan
45
estetik yang bersifat transsubjektif itu. Horison harapan
memungkinkan seseorang mengenal ciri artistik sebuah karya teks
sastra.
3) Jika ternyata masih ada jarak estetik antara horison harapan dengan
wujud sebuah karya sastra yang baru, maka proses penerimaan dapat
mengubah harapan itu baik melalui penyangkalan terhadap
pengalaman estetik yang sudah dikenal atau melalui kesadaran bahwa
sudah muncul suatu pengalaman estetik yang baru. Di sini dituntut
penerimaan sastra sebagaimana penerimaan seni pertunjukan, yang
selalu memenuhi horison harapan sesuai dengan cita rasa keindahan,
sentimen-sentimen, dan emosi yang sudah dikenal. Justru karya sastra
yang adiluhung memiliki sifat artistik jarak estetik ini.
4) Rekonstruksi mengenai horison harapan terhadap karya sastra sejak
diciptakan atau disambut pada masa lampau hingga masa kini, akan
menghasilkan berbagai varian resepsi dengan semangat jaman yang
berbeda. Dengan demikian, pandangan platonis mengenai makna karya
sastra yang objektis, tunggal dan abadi untuk semua penafsir perlu
ditolak.
5) Teori estetika penerimaan tidak hanya sekadar memahami makna dan
bentuk karya sastra menurut pemahaman historis. Dia menuntut agar
kita memasukkan sebuah karya individual ke dalam rangkaian sastra
agar lebih dikenal posisi dan arti historisnya dalam konteks
pengalaman sastra.
6) Apabila pemahaman dan pemaknaan sebuah karya sastra menurut
resepsi historis tidak dapat dilakukan karena adanya perubahan sikap
estetik, maka seseorang dapat menggunakan perspektif sinkronis untuk
menggambarkan persamaan, perbedaan, pertentangan, ataupun
hubungan antara sistem seni sejaman dengan sistem seni dalam masa
lampau. Sebuah sejaran sastra menjadi mantap dalam pertemuan
perspektif sinkronis dan diakronis. Jadi, sistem sinkronis tetap harus
46
membuat masa lampau sebagai elemen struktural yang tak dapat
dipisahkan.
7) Tugas sejarah sastra tidak menjadi lengkap hanya dengan
menghadirkan sistem-sistem karya sastra secara sinkronis dan
diakronis, melainkan harus juga dikaitkan dengan sejarah umum.
Kedudukan khas dan unik dari sejarah sastra perlu perlu mendapat
kepunuhannya dalam sejarah umum. Hubungan ini tidak berakhir
dengan sekadar menemukan gambaran mengenai situasi sosial yang
berlaku di dalam karya sastra. Fungsi sosial karya sastra hanya
sungguh terwujud bila pengalaman sastra pembaca masuk ke dalam
horison harapan mengenai kehidupannya yang praktis, membuat
dirinya semakin memahami dunianya, dan akhirnya memiliki pengaruh
kepada tingkah laku sosialnya. Pandangan Jauss tempaknya
memperoleh sambutan dan dukungan yang luas di kalahngan ilmuwan
sastra modern.
2. Wolfgang Iser: Pembaca Implisit
Iser juga termasuk salah seoramh eksponen mazhab Konstanz. Tetapi
berbeda dari Jaunn yang memperkenalkan model sejarah resepsi, Iser lebih
memfokuskan perhatiannya kepada hubungan individual antara teks dan
pembaca (estetikan pengolahan). Pembaca yang dimaksud oleh Iser
bukanlah pembaca konkret individual, melainkan pembaca implisit. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa pembaca implisit merupakan suatu instansi
di dalam teks yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara teks dan
pembacanya. Dengan kata lain, pembaca yang diciptakan oleh teks-teks itu
sendiri, yang memungkinkan kita membaca teks itu dengan cara tertentu.
Iser mengemukakan teori resepsinya dalam bukunya The Act of
Reading: a Theory of Aesthetic Response (1978). Menurut Iser, tak
seorang pun yang menyangkal keberadaan pembaca dalam memberi
penilaian terhadap karya sastra, sekalipun orang berbicara mengenai
otonomi sastra. Oleh karena itu, observasi terhadap respon pembaca
47
merupakan studi yang esensial. Pusat kegiatan membaca adalah interaksi
antara struktur teks dan pembacanya. Teori fenomenologi seni telah
menekankan bahwa pembacaan sastra tidak hanya melibatkan sebuah teks
sastra, melainkan juga aksi dalam menanggapi teks. Teks itu sendiri
hanyalah aspek-aspek skematik yang diciptakan pengarang, yang akan
digantikan dengan kegiatan konkretisasti (realisasi makna teks oleh
pembaca).
Iser (1978: 20-21) menyebutkan bahwa karya saastra memiliki dua
kutub, yakni kutub artistik dan kutub estetik. Kutub artistik adalah kutub
pengarang, dan kutub estetik merupakan realisasinya yang diberikan oleh
pembaca. Aktualisasi yang benar terjadi di dalam interaksi antara teks
(perhatian terhadap teknik pengarang, struktur bahasa) dan pembaca
(psikologi pembaca dalam proses membaca, fungsi struktur bahasa
terhadap pembaca). Penelitian sastra harus dimulai dari kode-kode struktur
yang terdapat dalam teks. Aspek verbal (struktur/bahasa) perlu dipahami
agar menghindarkan penerimaan yang arbitrer. Fungsi struktur itu tidak
berlaku selama belum ada efeknya bagi pembaca. Oleh karena itu
penelitian perlu dilanjutkan dengan mendeskripsikan interaksi antara
bahasa dan pembaca, yang merupakan kepenuhan penerimaan teks.
Bagi Iser, tugas kritik teks adalah menjelaskan potensi-potensi
makna tanpa membatasi diri pada aspek-aspek tertentu, karena makna teks
bukanlah sesuatu yang tetap melainkan sebagai peristiwa yang dinamik,
dapat berubah-ubah sesuai dengan gudang pengalaman pembacanya.
Sekalipun disadari bahwa totalitas makna teks tidak dapat secara tuntas
dipahami, proses membaca itu sendiri merupakan suatu prakondisi penting
bagi pembentukan makna. Makna referensial bukanlah ciri pokok estetis.
Apa yang dinamakan estetis adalah jika hal tertentu membawa hal baru,
sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Jadi, penetapan makna estetis
sesungguhnya bermakna ganda, bersifat estetis sekaligus diskursif.
Pengalaman yang dibangun dan digerakkan dalam diri pembaca oleh
48
sebuah teks menunjukkan bahwa kepenuhan makna estetis muncul dalam
relasi dengan sesuatu di luar teks.
Pandangan Iser tentang estetika resepsi dapat dipahami dengan
meninjau teorinya mengenai pembaca implisit dan membandingkannya
dengan teori-teori pembaca lainnya.
Menurut Iser, konsep tradisional mengenai pembaca selama ini
umumnya mencakup dua kategori, yakni pembaca nyata atau pembaca
historis dan pembaca potensial atau pembaca yang diandaikan oleh
pengarang. Diandaikan bahwa pembaca jenis kedua ini mampu
mengaktualisasikan sebuah teks dalam sebuah konteks secara memadai,
seperti seorang pembaca ideal yang memahami kode-kode pengarang.
Selain teori-teori tradisional tersebut, terdapat beberapa pandangan
yang lebih modern tentang pembaca, yang menurut Iser tidak bebas dari
kesalahan.
1) Michael Riffaterre memperkenalkan istilah superreader, yakni sintesis
pengalaman membaca dari sejumlah pembaca dengan kompetensi
yang berbeda-beda. Kelompok ini diharapkan dapat mengungkap
potensi semantik dan pragmatik dari pesan teks melalui stilistika.
Kesulitan akan muncul bila terdapat penyimpangan gaya, yang
mungkin hanya dipahami dengan referensi lain di luar teks.
2) Stanley Fish mengajukan istilah informed reader (pembaca yang tahu,
yang berkompeten), yang mirip dengan konsep Rifattere. Untuk
menjadi seseorang pembaca yang berkompeten, diperlukan syaratsyarat:
a) kemampuan dalam bidang bahasa, b) kemampuan semantik,
c) kemampuan sastra. Melalui kemampuan-kemampuan ini seorang
informed reader dapat merespon karya sastra. Teori ini tidak dapat
diterima karena lebih berkaitan dengan teks daripada dengan
pembacanya. Perubahan kalimat misalnya, lebih berkaitan dengan
aturan gramatikal daripada pengalaman pembaca.
3) Edwin Wolff mengusulkan intended reader, yakni model pembaca
yang berada dalam benak penulis ketika dia merekonstruksikan idenya.
49
Model pembaca ini mengacu kepada pembayangan seorang penulis
tentang pembaca tulisannya melalui observasi akan norma dan nilai
yang dianut masyarakat pembacanya. Pembaca ini akan mampu
menangkap isyarat-isyarat tekstual. Persoalannya, bagaimana jika
seorang pembaca yang tidak dituju pengarang tetapi mampu
memberikan arti kepada sebuah teks?
Iser sendiri mengajukan konsep implied reader untuk mengatasi
kelemahan pandangan-pandangan teoritis mengenai pembaca.
Pembaca tersirat sesungguhnya telah dibentuk dan distrukturkan di
dalam teks sastra. Teks sendiri telah mengandung syarat-syarat bagi
aktualisasi yang memungkinkan pembentukan maknanya dalam benak
pembaca (Iser, 1982: 34). Dengan demikian, kita harus mencoba
memahami efek tanggapan pembacanya terhadap teks tanpa prasangka
tanpa mencoba mengatasi karakter dan situasi historisnya. Teks sudah
mengasumsikan pembacanya, entah pembaca yang berkompeten
maupun tidak. Teks menampung segala macam pembaca, siapapun
dia, karena struktur teks sudah menggambarkan peranannya.
Perhatikan bahwa teks sastra disusun seorang pengerang (dengan
pandangan dunia pengarangnya) mengandung empat perspektif utama,
yaitu pencerita, perwatakan, alur, dan bayangan mengenai pembaca.
Keempat perspektif ini memberi tuntunan untuk menemukan arti teks.
Arti teks sebuah teks dapat diperoleh jika keempat perspektif ini dapat
dipertemukan dalam aktivitas atau proses membaca. Di sini terlihat
kedudukan pembaca yang sangat penting dalam memadukan perspetifperspektif
tersebut dalam satu kesatuan tekstual, yang dipandu oleh
penyatuan atau perubahan perspektif.
Instruksi-instruksi yang ditunjukkan teks merangsang bayangan
mental dan menghidupkan gambaran yang diberikan oleh struktur teks.
Jadi gambaran mental itu muncul selama proses membaca struktur
teks. Pemenuhan makna teks terjadi dalam proses ideasi
(pembayangan dalam benak pembaca) yang menerjemahkan realitas
50
teks ke dalam realitas pengalaman personal pembaca. Secara konkret,
isi nyata dari gambaran mental ini sangat dipengaruhi oleh gudang
pengalaman pembaca sebagai latar referensial.
Konsep implied reader memungkinkan kita mendeskripsikan efekefek
struktur sastra dan tanggapan pembaca terhadap teks sastra.

Kesimpulan dan saran

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Kuliah Kerja Profesi (KKP) terintegrasi PPL bagi mahasiswa FKIP Unhalu merupakan sarana untuk mempersiapkan diri secara fungsional dan mandiri dalam menggeluti dunia pendidikan sehingga Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) sebagai persiapan pendahuluan untuk menghasilkan tenaga-tenaga pengajar yang fungsional.
2.    Pada pembimbingan di kampus mahasiswa peserta Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) sebagai calon guru dibekali berbagai pengetahuan terutama perangkat pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah yang sesuai dengan kurikulum baru yaitu KTSP
3.    Dewan guru beserta staf tata usaha dan siswa-siswi SMA Kartika VII-2 Kendari memiliki kedisiplinan yang tinggi, hal ini tergambar dari motto SMA Kartika VII-2 Kendari “Kedisiplinan Adalah Kunci Sukses, Kejujuran Dan Keadilan Bermula Dari Diri Sendiri” sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan lancar.
4.    SMA Kartika VII-2 Kendari memiliki OSIS yang sangat berperan aktif dalam sekolah sehingga kedisiplinan siswa sangat terkontrol dan hubungan siswa dengan guru sangat akrab dengan adanya buku pengawasan setiap siswa.


B.    Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sumbangkan :
1.    Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang selanjutnya diharapkan kepada semua unsur penyelenggara yang berkompetensi agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan menuju tercapainya tujuan pendidikan nasional
2.    Untuk Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) selanjutnya diharapkan pada saat penempatan lokasi diumumkan kurang lebih 2 minggu sebelum pemberangkatan agar persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dapat lebih optimal.

Analisis hasil

C.    Analisis Hasil Pelaksanaan dan Refleksi
1.    Hasil Bimbingan di Kampus
Dalam kegiatan pembimbingan di kampus Penulis sebagai mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) terintegrasi PPL telah mengikuti kegiatan di kampus yang dilaksanakan secara terbimbing kurang lebih satu minggu. Dalam kegiatan ini, Penulis sebagai calon guru dibekali dengan berbagai pengetahuan terutama masalah penyusunan  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
 Adapun penerapan dalam pembelajaran baik itu model pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran juga dicantumkan dalam penyusunan RPP tersebut dengan ini diupayakan agar dalam penyajian pembelajaran nanti siswa diutamakan lebih aktif. Pada tahap ini Penulis sebagai mahasiswa KKP terintegrasi PPL dipersiapkan sebagaimana layaknya seorang guru dengan berbagai perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan di tempat KKP terutama perangkat pembelajaran. Hasil yang dicapai selama bimbingan dikampus adalah:
a.    Dapat menyusun silabus berdasarkan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
b.    Dilatih untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dibuat oleh kelompok dari program studi masing-masing.
c.    Memahami dan menerapkan strategi-strategi pembelajaran yang aktual sebagaimana sesuai dengan bidang studi masing-masing
1.        Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam kegiatan pembimbingan di kampus adalah :
a.    Tersedianya contoh-contoh perangkat pembelajaran yang berlaku tentang kurikulum baru (KTSP)
b.    Pemateri cukup berkualitas dalam menyajikan materi.
c.    Dosen pembimbing mengarahkan segala kemampuannya untuk membimbing mahasiswa dalam menerapkan model-model pembelajaran dan bagaimana memotivasi siswa agar ingin belajar.

2.    Faktor Penghambat
Dalam pembimbingan di kampus tentang penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasis KTSP merupakan hal baru dan informasi-informasi tentang KTSP juga masih sangat kurang hal ini disebabkan masih terpengaruh dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2.    Hasil Bimbingan di Sekolah
a)    Kegiatan Observasi (Hasil Selama Minggu Pertama)
Dalam kegiatan pembimbingan praktek di Sekolah Penulis sebagai mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) terintegrasi PPL yang ditempatkan pada SMA Kartika VII-2 Kendari pada minggu pertama melakukan observasi baik perangkat pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah serta aturan yang berlaku di sekolah. Penulis mendapat bimbingan oleh guru pamong masing-masing maupun guru-guru yang ada di SMA Kartika VII-2 Kendari. Selanjutnya Penulis sebagai mahasiswa KKP-PPL diberikan kesempatan melakukan kegiatan observasi tentang kegiatan mengajar guru di kelas. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
    Faktor Pendukung
Dalam bimbingan praktek di sekolah faktor pendukung yang dirasakan oleh penulis adalah:
1).    Kepala Sekolah beserta seluruh dewan guru turut membantu mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) di dalam pengenalan lingkungan.
2).    Guru pamong beserta dosen mendiskusikan tentang bagaimana proses belajar dan mengajar (PBM) yang diajarkan agar dapat tercapai hasil yang diinginkan.

    Faktor Penghambat
Dalam bimbingan praktek di sekolah faktor penghambat yang dialami oleh penulis adalah Kapasitas ruangan kelas tidak sesuai dengan jumlah siswa.
b)    Kegiatan Praktek Mengajar
•    Praktek Mengajar pada Minggu Kedua sampai minggu terakhir
    Faktor pendukung
Guru pamong memberikan bimbingan secara intensif kepada Penulis dalam melaksanakan praktek mengajar di kelas dan selalu mendampingi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Di akhir kegiatan pembelajaran guru pamong bersama Penulis melakukan refleksi tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
    Faktor penghambat
Penulis belum mengetahui secara pasti kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan. Secara umum siswa masih kurang memiliki konsep dasar ekonomi  terhadap materi pelajaran yang diberikan terutama dalam masalah permintaan, penawaran,dan harga keseimbangan, sehingga guru harus memberikan pemahaman yang lebih mendasar dalam penyajian materi.

PPL

B.    Pelaksanaan PPL (Praktek Terbimbing dan Mandiri)
1.    Kegiatan Praktek Mengajar
    Nama Sekolah    :   SMA Kartika VII-2 Kendari
Nama Mahasiswa    :   Suhardin
Mata Pelajaran        :   Sejarah 
Kelas                       :    X
Hari/Tanggal            :   Kamis, 30  SEPTEMBER – 14 OKTOBER 2011
    Kegiatan Praktek mengajar dibagi dalam 3 tahap kegiatan yaitu Praktek terbimbing, Praktek mandiri, dan ujian akhir. Selama Praktek terbimbing, penulis mendapatkan pembimbingan dan supervisi klinis dari guru pamong. Sedangkan Praktek mandiri dilakukan oleh penulis setelah pelaksanaan Praktek terbimbing dan dianggap mampu oleh guru pamong. Pelaksanaan Praktek terbimbing dan Praktek mandiri ini mulai dari tanggal 3O september sampai dengan 9 desember 2011 atau kurang lebih sekitar 15 minggu pelaksanaannya dan tiap minggu terdapat 3 kali Praktek mengajar dalam dua kelas, yaitu kelas X.2, X1 dan x4 . Dalam kegiatan bimbingan Praktek di sekolah, penulis yang ditempatkan di SMA Kartika VII-2 Kendari mendapatkan bimbingan dari guru pamong yang telah ditunjuk dari pihak sekolah untuk tiap program studi.
Beberapa kegiatan pada bimbingan Praktek di sekolah diantaranya adalah:
a)    Pelatihan Keterampilan Mengajar
Pada tahap ini, penulis sebagai calon guru diharapkan dapat mengintegrasikan atau menerapkan berbagai kemampuan secara utuh dalam situasi nyata di sekolah yang ditempatkan di bawah bimbingan guru pamong. Fokus utama dalam latihan keterampilan mengajar terbimbing adalah untuk persiapan mengajar yang persiapannya adalah siswa.
b)    Pelatihan Tugas-tugas Keguruan serta mengajar secara mandiri
Pelatihan keterampilan dilakukan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran di lokasi KKP-PPL dimana tugas-tugas keguruan yang biasa dilakukan oleh guru di tambah keterampilan keahlian pribadi yang dimiliki mahasiswa.
Penulis diberi kesempatan secara mandiri untuk menerapkan secara utuh segala kemampuan keguruan dalam situasi nyata di sekolah. Namun guru pamong tetap memantau model pembelajaran yang diterapkan dengan mendiskusikan permasalahan yang ditemui Penulis di lapangan
2.    Kegiatan / Proses Belajar Mengajar di dalam Kelas
a.    Kegiatan Pendahuluan
1.    Ketika masuk kelas yang dikerjakan guru adalah melihat keadaan kelas seperti kelengkapan belajar mengajar, dan menanyakan Pekerjaan Rumah (PR) yang telah diberikan.
2.    Guru membuka mata pelajaran dengan cara apersepsi yaitu menanyakan kepada siswa mengenai materi yang telah diajarkan sebelumnya dan orientasi materi yang akan diajarkan
3.    Pada saat membuka pelajaran guru memotivasi siswa agar giat belajar demi meraih cita-cita dan masa depan yang cerah
4.    Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
5.    Ketika guru bersangkutan memaparkan materi, perhatian siswa dipusatkan kepada guru dan materi yang akan disajikan.

b.    Kegiatan Inti
1.    Cara guru menyajikan materi pokok pelajaran adalah dengan menggunakan beberapa keterampilan mengajar dan guru selalu mengaktifkan siswa.
2.    Selama pelajaran berlangsung guru selalu memantau siswa apabila memberikan latihan untuk dipersentasikan di papan tulis
3.    Guru selalu mengajukan pertanyaan kepada siswa dan memberi siswa kesempatan dalam menjawab pertanyaan tersebut
4.    Selama pelajaran berlangsung siswa ada yang bertanya bila merasa kurang mengerti atau mengalami kesulitan dalam menyelesaikan latihan yang diberikan, dan suasana dalam belajarpun berjalan sebagai mana mestinya tanpa ada siswa yang mengganggu suasana belajar.
c.    Penutup
1.    Hal yang dilakukan oleh guru dalam mengakhiri pelajaran yaitu menarik kesimpulan
2.    Cara guru menilai hasil belajar siswa melalui tes tulisan
3.    Yang terakhir yaitu memberi tugas untuk dikerjakan di rumah dan menyampaikan materi selanjutnya.
Kesan umum terhadap kegiatan belajar mengajar secara universal, siswa sangat merespon dan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga tercipta suasana mengajar yang cukup efisien namun ada siswa-siswa tertentu yang lambat dalam menerima pelajaran namun siswa tersebut dibimbing pada saat pemberian latihan untuk siswa.

Persiapan

A.    Persiapan
1.    Kegiatan Pembimbingan di Kampus
Adapun kegiatan pembimbingan di kampus dilaksanakan dengan rincian waktu yang digunakan sebagai berikut :
1.    Pada hari sabtu, 10 september2011 pembukaan pembekalan perdana bertempat di Program Studi Masing-masing.
2.    Pada Hari Jumat, 12 september 2011 penyajian materi mengenai penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
3.    Pada tangal 13 Februari - 17 september 2011, latihan PBM yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa KKP-PPL  serta mempersentasekan saru per satu RPP yang telah dibuat
4.    Pada Hari rabu, 18 Februari 2011 Penentuan lokasi KKP sekaligus penutupan pembekalan oleh ketua UP-PPL FKIP.
5.    Pada Hari Selasa 21 september 2011 pelepasan sekaligus penerimaan mahasiswa KKP oleh pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah SMA Kartika VII-2 Kendari.
2.    Kegiatan Praktek di Sekolah
        Kegiatan praktek di sekolah di awali dengan tahap observasi dan orientasi selama satu minggu kemudian dilanjutkan dengan kegiatan proses Pembelajaran di dalam kelas dengan alokasi waktu kurang lebih 15 (lima belas) minggu termasuk libur Ujian sekolah dan ujian nasional.

Personalia

    Personalia
Kuliah Kerja Profesi (KKP) terintegrasi Program Pengalaman Lapangan (PPL) FKIP Unhalu dilaksanakan oleh UP-PPL Unhalu sebagai penanggung jawab dengan melibatkan :
1.    Tim Monitoring : Rektor, PR I, Dekan FKIP, PD I, Ketua UP-PPL dan Sekretaris UP-PPL
2.    Dosen Pembimbing KKP
3.    Kepala Sekolah
4.    Guru pamong
D.    Tempat Pelaksanaan
Adapun tempat pelaksanaan KKP terintegrasi PPL ini terdiri dua tempat, yaitu :
1.    Di Kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang dilaksanakan secara terbimbing melalui pembekalan.
2.    Di Sekolah dalam bentuk kegiatan mengajar yang di laksanakan di SMA Kartika VII-2 Kendari
E.    Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan pembekalan dilakukan di Kampus  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unhalu atas bimbingan dan arahan dari Dosen Pembimbing dari program studi masing-masing dimana diisi dengan latihan keterampilan terbatas dan terpadu,  penyusunan RPP, dan micro teaching  dilaksanakan pada tanggal 12 hingga 17 September 2011. Pelepasan secara resmi dilakukan di Rektorat Universitas Haluoleo pada tanggal 20 september 2011 dan penerimaan Mahasiswa KKP-PPL di sekolah pada tanggal 22 september 2011. Tanggal   22 september sampai dengan  29 september 2011 mahasiswa melaksanakan observasi di sekolah-sekolah masing-masing. Selanjutnya pelaksanaan KKP-PPL dilaksanakan hingga tanggal penarikan pada 26 Mei 2011.

Peserta

C.    Peserta dan Personalia
    Peserta
Peserta kegiatan KKP terintegrasi PPL adalah mahasiswa FKIP yang memenuhi persyaratan :
1.    Mendaftarkan diri di UP-PPL dengan mengisi formulir pernyataan kesediaan mengikuti PPL yang disediakan oleh pengelola PPL.
2.    Menyerahkan rekomendasi surat pengantar dari program studi masing-masing, bahwa mahasiswa yang bersangkutan layak mengikuti kegiatan PPL terintegrasi KKP.
3.    Mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah KKP wajib mematuhi semua aturan dan ketentuan yang berlaku bagi peserta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unhalu
Peserta KKP terintegrasi PPL yang ditempatkan di SMA Kartika VII-2 Kendari Kendari adalah sebanyak 39 orang dari 9 program studi. Adapun rincian nama-nama mahasiswa yang ditempatkan di SMA Kartika VII-2 Kendari, yaitu sebagai berikut:

NO.    NAMA    PRODI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34
35
36
37
38
39    SUHARDIN
RAMDAN
SITTI HERFINA
EKA CAHYAWATI
DEDI KRISNA GANI
ARIS
IRA PIRDA SARI
DEDI SASTRAWAN
YENA
HALMUNIATI
NILAM LA UTE
YUSRIATI
NENING RISNA
RIVAL
ISMARWIN
BARMAN
SARNI
LD. KAULIA
RIVAL
DARMAWATI MUSI
SHARAWATI
JUSLIATI
HASNAWATI
NURLIN
JULIATI
WAODE SUNAENI
L.M ARSAL
HASMIATI
DARMA   STARI
NURDIANI
WAODE SARMILA
SRI HERLI SANTI
ARSYAD
DWI SRI LESTARI
ANWAR RIZA
HASRIANI
PUTRIDA
SAIMUN
SITI NURHALIJA    SEJARAH
SEJARAH
SEJARAH
BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIA
BAHASA INDONESIA
BAHASA  INGGRIS
BAHASA INGGRIS
BAHASA INGGRIS
FISIKA
FISIKA
FISIKA
FISIKA
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
EKONOMI AKUNTANSI
MATE-MATIKA
MATEMATIKA
MATEMATIKA
MATEMATIKA
BIOLOGI
BIOLOGI
BIOLOGI
KIMIA
KIMIA
KIMIA
PPKN
PPKN
PPKN
PPKN


Rancangan kegiatan

B.    Perumusan Program dan Rancangan Kegiatan
Usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran terus dilakukan. Termasuk dalam hal ini mata kuliah lapangan seperti Kuliah Kerja Profesi (KKP) dan praktek pengalaman lapangan (PPL) menjadi konsentrasi untuk ditingkatkan kualitasnya. Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, penyelenggaraan KKP dan PPL dilaksanakan secara terpadu yang selanjutnya disebut KKP-PPL.
Mata kuliah KKP-PPL mempunyai sasaran masyarakat sekolah, baik dalam kegiatan yang tekait dengan pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya pembelajaran. KKP-PPL diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa, terutama dalam hal pengalaman belajar, memperluas wawasan, melatih dan mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam bidangnya, meningkatkan keterampilan, kemandirian, tanggungjawab, dan kemampuan dalam memecahkan masalah.
Kegiatan KKP-PPL disekolah merupakan serangkaian kegiatan KKP-PPL yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa, peserta PPL yang telah dinyatakan berhasil dalam kegiatan pembimbingan dikampus. Kegiatan tersebut meliputi: 1) observasi dan Orientasi; 2) praktek mengajar; 3) partisipasi non mengajar ; dan 4) ujian akhir praktek mengajar.
Laporan ini memaparkan salah satu kegiatan KKP-PPL di SMA Kartika VII-2 Kendari yaitu kegiatan praktek mengajar. Kegiatan praktek mengajar pada dasarnya adalah kegiatan pengimplementasian teori selama kuliah ditambah dengan pembimbingan PPL di dalam kampus. Dalam pelaksanaan praktek mengajar di sekolah ini, Penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari guru pamong. Kegiatan praktek mengajar di sekolah di bagi dalam 3 tahap kegiatan yaitu 1) praktek terbimbing yang dilaksanakan dalam 1 minggu; 2) praktek mandiri dilaksanakan selama 13 minggu; dan 3) ujian Praktek dilaksanakan dalam 1 minggu.

Potensi Pembelajaran

2.    Potensi Pembelajaran
Dengan melihat jumlah siswa dan guru yang ada di SMA Kartika VII-2 Kendari, diperoleh rasio jumlah guru terhadap jumlah siswa  sudah dapat menunjang lancarnya kegiatan proses pembelajaran dengan maksimal karena banyaknya guru tetap meskipun masih ada sebagian merupakan tenaga honor/bantu. Ditambah lagi dengan adanya mahasiswa KKP, ini menunjukan kegiatan belajar mengajar yang terlaksana dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Adapun rinciannya sebagai berikut :
1.    Kepala sekolah        :  1 orang
2.    Wakil kepala sekolah    :  1 orang
3.    Tenaga pengajar        :  60 orang
4.    Tata usaha            :  1 orang
5.    Teknisi lab.komputer        :  - orang
6.    Laboran lab.IPA            :  - orang
7.    Jumlah siswa keseluruhan    : 1063 orang
Seorang guru dituntut agar menciptakan hubungan yang baik dengan keluarga siswa, antara guru dan siswa  dan juga membina hubungan antara siswa (Depdiknas 2006: hal 4).
Pendidikan dalam hal ini guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada mayarakat. Sedangkan Pengajaran melambangkan pelaksanaan tugas rutin, penelitian melambangkan upaya pengembangan profesi, sedang pengabdian melambangkan pemberian kontribusi sosial kepada masyarakat akibat prestasi yang dicapai.
Pencapaian prestasi dalam bidang pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya untuk mencapai tujuan umum pendidikan, penambahan secara terus menerus baik dalam segi materi, metode evaluasi harus dilaksanakan oleh semua pihak, terutama guru. Salah satu perubahan yang terlihat jelas telah dilakukan di Indonesia yaitu telah berulang kali terjadi perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
SMA Kartika VII-2 Kendari merupakan salah satu sekolah yang sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia pendidikan. SMA Kartika VII-2 Kendari adalah salah satu sekolah yang ada di Kota Kendari yang sudah banyak melahirkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan berprestasi serta tidak diragukan lagi akan kemampuannya
Secara umum, siswa SMA Kartika VII-2 Kendari mempunyai kemampuan tersendiri, yaitu kemauan untuk belajar. Hal ini nampak pada proses pembelajaran. Keantusiasan dan perhatian mereka dalam menerima pelajaran. Hal ini juga didukung oleh guru-guru yang profesional. Guru selalu memberikan motivasi kepada siswa dan tidak membiarkan jam pelajaran kosong sebagaimana peraturanS yang diterapkan di sekolah tersebut agar  tetap memperhatikan jadwal mengajar sehingga kedisiplinan belajar dapat berjalan dengan baik.
SMA Kartika VII-2 Kendari sudah cukup memiliki kemampuan yang memadai yaitu didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang cukup untuk melakukan pelayanan pendidikan yang secara maksimal. Selain itu, SMA Kartika VII-2 Kendari juga didukung oleh tenaga pendidik yang berkualitas serta memiliki tingkat pendidikan rata-rata sarjana (S1) bahkan ada yang sudah Master (S2).

Analisis situasi

A.    Analisis Situasi (Permasalahan dan Potensi Pembelajaran)
1.    Permasalahan
Mutu pendidikan harus terus dilakukan secara komperhensif. Salah satunya adalah melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) terintegrasi Program Pengalaman Lapangan (PPL) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo (FKIP Unhalu) yang didasarkan pada tuntunan obyektif profesionalisme guru sebagai upaya menjawab relevansi pendidikan yang dewasa ini dikemas dalam kebijakan link and mach. Ciri profesionalisme yang diharapkan ini tercermin dalam keteladanan layanan guru baik dalam hal penguasaan dimensi-dimensi keilmuan, kependidikan, dan keguruan secara utuh maupun sosial guru itu sendiri.
Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan akademik yang bersifat intrakurikuler yang didalamnya termasuk kegiatan KKP (Kuliah Kerja Profesi). KKP terintegrasi PPL adalah kegiatan yang dikembangkan secara integratif dan kompherensif dengan kegiatan-kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen sesuai dengan bidang keahlian profesi.
Pendidikan yang sistematis dan sistemis merupakan pilar utama, baik dalam pembentukan kemampuan, sikap dan prilaku profesional mahasiswa FKIP sebagai calon guru maupun sebagai upaya memperkuat relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat pada umumnya dan dunia persekolahan pada khususnya. Kerjasama antara  dosen pembimbing, kepala sekolah dan guru pamong mempuyai peranan penting untuk pencapaian hasil yang maksimal. Selain itu pula, perlu adanya koordinasi yang baik antara lembaga konsumen, dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sulawesi Tenggara termasuk sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga yang berada di bawah pengawasannya dengan FKIP Unhalu sebagai produsen tenaga guru dan tenaga pendidik.
Pendidikan dewasa ini, telah menjadi kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin terasa arti pentingnya pendidikan. Namun, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam proses pemenuhan akan pendidikan. Salah satu permasalahan yang mendasar yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas pendidikan.
Terkhusus di lingkungan  SMA Kartika VII-2 Kendari, yaitu tentang keberadaan siswa di sekolah berkaitan dengan tempat proses pembelajaran berlangsung, pada umumnya sudah layak digunakan sebagai tempat belajar dengan adanya fasilitas yang cukup memadai seperti laboratorium komputer, perpustakaan, gedung kesenian dan laboratorium IPA dan bahasa. Sedangkan, dari segi kualitas pendidikan, di SMA Kartika VII-2 Kendari sudah cukup memiliki kemampuan yang memadai dengan agreditasi A. hal ini karena didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang cukup untuk melakukan pelayanan pendidikan yang secara maksimal. SMA Kartika VII-2 Kendari Kendari tidak diragukan lagi kemampuannya untuk bersaing dengan SMA lain yang ada di Kota Kendari.

Potensi preventiv

Potensi Preventif Terhadap Kenakalan Remaja
Mencegah kenakalan remaja adalah lebih baik dari pada mencoba mendidik remaja nakal menjadi remaja baik kembali. Usaha preventif kenakalan remaja dengan cara moralitas adalah menitik beratkan pada pembinaan moral dan membina kekuatan mental anak remaja. Dengan pembinaan moral yang baik anak remaja tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan delikuen. Sebab-sebab nilai moral tadi menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan delinkuen.
Usaha preventif kenakalan remaja dengan cara abolisionalistis adalah untuk mengurangi, bahkan untuk mengalihkan sebab-sebab yang mendorong anak remaja melakukan perbuatan-perbuatan delinkuen dengan bermotif apa saja. Disamping itu tidak kalah pentingnya usaha untuk memperkecil, bahkan meniadakan faktor-faktor yang membuat anak-anak remaja terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan delinkuen. Faktor-faktor tersebut antara lain broken home / quesi broken home, frustasi, pengangguran dan kurangnya sarana hiburan untuk anak remaja.
Konsep-konsep tersebut memerlukan realisasi dalam kehidupan masyarakat. Dapat dipastikan hanya dilaksanakan oleh masing-masing lembara secara sendiri-sendiri. Akan tetapi pelaksanaan tersebut memerlukan kerja sama yang erat satu sama lain. Masyarakat bersama-sama pemerintah seyogyanya bekerja sama yang akrab agar tujuan preventif tersebut tercapai dengan baik.


Teori sosigenesis

Teori Sosiogenis
Para sosiolog berpendapat penyebab kenakalan remaja adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya[3]. Misalnya dipengaruhi oleh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru.
d. Teori Subkultur
Dalam hal ini menyengkut satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah laku responsif sendiri yang khas pada anggota kelompok gang remaja yang mengaitkan sistem nilai, kepercayaan / keyakinan, ambisi-ambisi tertentu yang memotivasi timbulnya kelompok-kelompok remaja berandalan dan kriminal.

V. Pengaruh Keluarga Terhadap Kemunculan Kenakalan Remaja
a. Ekses dari struktur keluarga berantakan dan kriminal
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedang lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik / buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Kenakalan yanag dilakukan oleh anak remaja pada umumnya merupakan produk dari konstitusi defektif mental orang tua, anggota keluarga dan lingkungan tetangga dekat, ditambah dengan nafsu primitif dan agresivitas yang tidak terkendali. Pada umumnya semua perbuatan kriminal mereka itu merupakan mekanisme kompensatoris untuk mendaptkan pengakuan terhadap egonya, disamping dipakai sebagai kompensasi pembalasan terhadap perasaan minder yang ingin ditebusnya dengan tingkah laku “sok”.
Selain itu kriminalitas remaja dipengaruhi oleh akibat dari kegagalan sistem pengontrol diri, yaitu gagal mengawasi dan mengatur perbuatan instinktif mereka. Pola kriminal orang tua dapat mencetak pol kriminal hampir semua anggota keluarga lainnya. Diantara keadaan keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya delinguncy / kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home), keadaan jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan.
• Broken home dan quasi broken home
Menurut pendapat umum pada broken home ada kemungkinan besar bagi terjadinya kenakalan remaja, dimana (terutama perceraian atau perpisahan orang tua mempengaruhi perkembangan di anak[4]. Dalam broken home pada prinsipnya struktur keluaga tersebut sudah tidak lengkap bagi yang disebabkan adanya hal-hal :
a) Salah satu kedua orang tua atau kedua-duanya meninggal dunia.
b) Perceraian orang tua
c) Salah satu dari kedua orang tua keduanya tidak hadir secara kontinyu dalam tenggang waktu yang cukup lama.
Keadaan keluarga yang tidak normal bukan hanya terjadi pada broken home, tetapi juga pada broken home (quasi broken home) ialah kedua orang tuanya masih utuh, tetapi karena masing-masing orang tuanya tidak sempat memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya.
• Keadaan jumlah anak yang kurang menguntungkan
Keadaan tersebutu berupa :
- Keluarga kecil
Biasanya keluarga kecil, orang tua akan menanjakan anaknya dengan pengawasan yang luar biasa, pemenuhan kebutuhan yang berlebih-lebihan dan segala permintaannya dikabulkan. Hal ini mengakibatkan anak sulit bergaul, akhirnya frustasi dan mudah berbuat jahat.
- Keluarga besar
Dalam keluarga besar kadang-kadang disertai dengan tekanan ekonomi yang berat, akibatnya banyak sekali keinginan anak-anak tidak terpenuhi. Akhirnya mereka mencari jalan pintas seperti mencuri, menipu dan memeras.

b. Ayah dan ibu yang abnormal dan dampak negatifnya
Pada banyak kasus remaja yang menjadi anggota gang neuratik dengan gejala gangguan tingkah laku itu dapat ditelusuri sebab musababnya yaitu pribadi ibu dan ayah[5]. Pribadi ibu yang tidak terpuji dengan perilaku sebagai berikut :
1) Relasi diantara ibu dengan anak yang tidak harmonis
2) Peripsahan dengan ibu kandung pada tahun-tahun awal usia anak.
3) Menjauhkan anak dengan sumber gizi dan rasa aman terlindung.
4) Terputusnya relasi simbiotik antara ibu dengan anak.
5) Ibu-ibu yang neurotik dan psikopatik.
Peristiwa tersebut di atas menyebabkan anak-anak para remaja tidak mampu megembangkan kehidupan perasaan yang wajar, dan menjadikan krimial serta asosial.

Kenakalan remaja

Pendahuluan
Saat ini kenakalan remaja merupakan frekwensi yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Tidak sedikit adanya kenakalan remaja ini berpengaruh pada meningkatnya tingkat kejahatan yang beredahr di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan bahan-bahan narkotik di tengah masyarakat yang juga semakin meningkatnya tindak kekerasan oleh kelompok anak muda, penganiayaan berat, pemerkosaan sampai pada pembunuhan secara berencana. Disamping itu banyak pula terjadi pelanggaran terhadap norma-norma susila lewat praktek seks bebas, cinta bebas, pereks, perkelahian massal antara kelompok di kota-kota besar dan sebagainya.
Adanya kondisi yang demikian memberikan dorongan kuat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti kelompok edukatif dilingkungan sekolah, kelompok hakim dan jaksa dibidang penyuluhan dan penegakan kehidupan kelompok. Demikian juga pihak pemerintah, sebagai bentuk kebijakan umum dan ketertiban masyarakat dan faktor lain yang tidak dapat dikesampingkan pada hal ini adalah peranan masyarakat dan keluarga.
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja seharusnya diupayakan penaggulangannya secara sungguh-sungguh (penanggulangan yang setuntas-tuntasnya). Upaya ini merupakan aktivitas yang pelik apabila ditinjau secara integral, akan tetapi bila ditinjau secara terpisah, maka upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilanjutkan secara profesional yang menuntut ketekunan dan berkesinambugan dari satu kondisi menuju kondisi yang lain.





II. Landasan Teori
Kenakalan Remaja (...................) menurut:
- Bimo Walgito : tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan itu merupakan kejahatan. Jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan anak remaja.
- Dr. Fuad Hasan : perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja sebagai tindakan kejahatan.
- Drs. B. Simanjuntak : suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dan didalamnya terdapat unsur-unsur anti normaif.

III. Deskripsi Kualitatif Tentang Kenakalan Remaja
Norma-norma hukum yang sering dilanggar oleh anak remaja pada umumnya [1]:
3.1 Kejahatan dan kekerasan
3.1.1 Pembunuhan : Menghilangkan nyawa seseorang baik disengaja atau tidak.
3.1.2 Penganiayaan : sengaja menimbulkan luka berat / ringan kepada orang lain.
3.2 Pencurian
3.2.1 Pencurian biasa : mengambil barang, sebagian / seluruhnya milik orang lain.
3.2.2 Pencurian dengan pemberatan : pencurian dengan kualifikasi yang berat.
3.3 Penggelapan : mengakui barang milik orang lain sebagai miliknya sendiri.
3.4 Penipuan : rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu.
3.5 Pemerasan : memaksa seseorang dengan kekerasan untuk memberikan sesuatu.
3.6 Gelandangan, subjek yang tidak memiliki tempat tinggal secara yuridis formal.
3.7 Remaja dan narkotika

Penggunaan narkotika di bidang kedokteran dan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan memang dapat dinikmati mafaatnya oleh para ilmuwan dan ahli-ahli lain yang profesional. Semaraknya pemakaian zat tersebut di bidang kemanusiaan dan kemaslahatan umat dibarengi dengan penggunaan untuk keperluan yang cenderung dentruktif, dewasa ini penggunaan narkotika tersebut telah menyebar di kalangan masyarakat luas, akan tetapi masyarakat tidak memanfaatkan zat tersebut sebagaimana para ahli kesehatan dan peneliti. Dalam hal ini telah terjadi penyalah gunaan narkotika.
Penggunaan narkotika menjangkau masyarakat sejak puluhan tahun silam. Penggunaan narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat sesuai tujuan, sedangkan penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal akan menimbulkan efek negatif. Efek-efek negatif penyalahgunaan narkotika akan meningkat sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya. Dalam sebuah hasil penelitian ilmiah, seorang psikiater Dr. Graham Blaine antara lain mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja mempergunakan narkotika dengan bebarapa sebab, yaitu [2]:
1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya.
2. untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua/ guru/ norma sosial.
3. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan sex.
4. Untuk melapaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional.
5. Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup.
6. Untuk mengisi kekosongan dan kebosanan
7. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepenatan hidup.
8. Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembiaran solidaritas.
9. Hanya iseng-iseng atau di dorong rasa ingin tahu.

Penyelah gunaan barkotika dan obat-obatan terlarang yang sejenis oleh kaum remaja erat kaitannya dengan beberapa hal yang menyangkut sebab, motivasi dan akibat yang ingin dicapai secara universal penyalahgunaan narkotika dan zat-zat lain yang sejenisnya merupakan perbuatan distruktif dengan efek-efek negatif. Menurut Sudarsono seorang yang menderita ketagihan atau ketergantungan pada narkotika akan merugikan dirinya sendiri juga merusak masyarakat.

IV. Beberapa Teori Mengenai Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja
a. Teori biologis
Tingkah laku sosiopotik / delinkuen pada remaja muncul karena faktor-faktor fifiologis dan struktur jasmaniah seseorang. Kejadian ini berlangsung :
- Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan.
- Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal)
- Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah.
b. Teori Psikogensi
Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku kenakalan remaja dari aspek psikologis rasionalisasi, internasionalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopotologis dll.

Abstrak

ABSTRAK

Suhardin (A1A2 07 071) “Laporan Akhir KKP Terintegrasi PPL pada SMA Kartika VII-2 Kendari Semester Ganjil Tahun Akademik 2011/2021”
Tujuan pelaksanaan KKP terintegrasi PPL yaitu untuk membimbing, mendidik, dan melatih mahasiswa agar memiliki suatu standar kompetensi profesional, memiliki keterampilan dan melaksanakan tugas-tugas pendidikan, memiliki dan menghayati nilai-nilai sebagai seorang guru, mengembangkan inovasi dalam bidang kependidikan, serta memiliki kemampuan mengaplikasikan diri dan pengetahuannya dalam situasi pembelajaran di sekolah.
Rumusan program dalam laporan akhir ini, adalah kegiatan praktek mengajar yang pada dasarnya adalah kegiatan mengimplementasikan atau pelaksanaan perangkat pembelajaran yang dihasilkan dari kegiatan pelatihan di kampus oleh dosen pembimbing. Guru pamong dan kepala sekolah memberi tugas membimbing dan mengajarkan mata pelajaran dalam keseluruhan proses kegiatan dan wajib melaporkan secara periodik tentang kemajuan belajar siswa baik individu maupun secara berkelompok dan pemberian diluar jam pelajaran bila perlu.
Kegiatan praktek mengajar ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sesuai dengan mata pelajaran dalam hal ini Kimia yang diajarkan oleh praktikan.
Dari analisis hasil pelaksanaan dan refleksi selama pelaksanaan KKP terintegrasi PPL maka dapat disimpulkan bahwa: (1) kuliah kerja profesi (KKP) terintegrasi PPL bagi mahasiswa FKIP UNHALU merupakan sarana untuk mempersiapkan diri secara fungsional dan mandiri dalam menggeluti dunia pendidikan sehingga KKP terintegrasi PPL sebagai persiapan pendahuluan untuk menghasilkan tenaga-tenaga profesional, (2) pada pembimbingan dikampus mahasiswa peserta KKP terintegrasi PPL sebagai calon guru dibekali berbagai pengetahuan terutama perangkat pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah yang sesuai dengan kurikulum baru yaitu KTSP, (3) dewan guru beserta staf tata usaha dan siswa-siswi SMA Kartika VII-2 Kendari memiliki kedisiplinan yang tinggi sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar, (4) Prestasi-prestasi yang diperoleh siswa(i) SMA Kartika VII-2 Kendari tidak lepas dari tersediannya media, sarana dan fasilitas pembelajaran serta tingginya antusiasme guru dalam memberikan pelajaran ta

Penilaian pidato

Penilaian Hasil Belajar

•        Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung

Indikator Pencapaian Kompetensi    Penilaian
    Teknik Penilaian    Bentuk Penilaian    Instrumen
•    Mampu menentukan hal-hal pokok   dalam surat pembaca
•    Mampu menentukan permasalahan/usulan/saran yang akan disampaikan dalam surat pembaca
•    Mampu menulis surat pembaca
•    Mampu menyunting surat pembaca
    Tes  tulis


Portofolio    Uraian


Lembar penilaian portofolio        Tulislah hal-hal pokok yang harus ada dalam surat pembaca!
    Tulislah permasalahan/usulan/saran yang akan disampaikan dalam surat pembaca!
    Tulislah surat pembaca yang berisi permasalahan/usulan/saran yang berhubungan dengan lingkungan sekolah!

    Suntinglah surat pembaca yang sudah kamu tulis!

                   
                                                      
       
         Rubrik Penilaian
          No.                        Aspek Penilaian                                                                Skor

1.    Penulisan hal-hal pokok dalam surat pembaca.             30

    a.Ketepatan pendahuluan                                            1-10
    b.Ketepatan isi                                                            1-10
    c.Ketepatan penutup                                                   1-10
2.    Permasalahan                                                                 20
    a.Tepat                                                                        1-10
    b.Tidak tepat                                                               1-10

3.    Penulisan surat pembaca                                                  30
    a.Ketepatan pendahuluan                                              1-10
    b.Ketepatan isi                                                              1-10
    c.Ketepatan penutup                                                     1-10
4.    Penyuntingan                                                                   20
    Skor maksimal                                                               100

         Analisis Hasil Belajar
           1.KKM=70
           2.Nilai rata-rata hasil analisis=…
           3.Peserta didikyang mencapai KKM=... orang,tuntas=…%
           4.Peserta didik yang tidak mencapai KKM=…orang,tidak tuntas=…%

           Tindak Lanjut
           1.Tuntas > 80 % materi pembelajaran dapat dilanjutkan.
           2.Tuntas < 80 % mengulang materi pembelajaran dengan :
               a.Peserta didik yang tuntas diberikan pengayaan atau pendalaman materi.
               b.Peserta didik yang belum tuntas dilakukan remedial.     




Mengetahui                                                             Jakarta,                               2011
Kepala SMP Negeri 175 Jakarta                             Guru Mata Pelajaran,


Drs. Afrisyaf Amir,M.Pd.                                        Dra.Siti Khobsah
NIP.196104121984041001                                      NIP.196406122000122001




RPP Pidato

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Nama Sekolah        : SMP Negeri 175 Jakarta
Mata Pelajaran    : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester    : IX/2
Alokasi Waktu              :2 x 40 menit

I.Standar Kompetensi    : 12.     Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya     ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca.

II.Kompetensi Dasar    : 12.3. Menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah

III.Indikator                  ;
      1.Mampu menentukan hal-hal pokok dalam surat pembaca.
      2.Mampu menentukan permasalahan/usulan/saran yang akan disampaikan dalam surat  
         pembaca.
      3.Mampu menulis surat pembaca.
      4.Mampu menyunting surat pembaca.

1V.    Tujuan Pembelajaran
    1.Peserta didik dapat menentukan hal-hal pokok dalam surat pembaca.
       2.Peserta didik dapat menentukan permasalahan/usulan/saran yang akan disampaikan dalam surat pembaca.
       3.Peserta didik dapat menulis surat pembaca.
       4.Peserta didik dapat menyunting surat pembaca.

V.    Materi  Pembelajaran
    Penulisan surat pembaca
       Pengertian surat pembaca
       Hal-hal pokok dalam surat pembaca
       Langkah-langkah menulis surat pembaca
       Syarat-syarat pengiriman surat pembaca.
                      Surat pembaca adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang ditujukan kepada pihak lain yang dimuat dalam rubrik khusus di surat kabar atau majalah.
                       Hal-hal pokok dalam surat pembaca
      Judul
      Pihak yang dituju
      Isi:permasalahan,usul,saran,atau tanggapan.
      Penulis

                       Langkah-langkah menulis surat pembaca
      1.Menentukan permasalahan ,usul,atau saranyang akan disampaikan dalam surat pembaca.
      2.Menentukan hal-hal pokok yang akan ditulis dalam surat pembaca.
      3.Menulis surat pembaca.
       4.Menyunting surat pembaca.
                       Syarat-syarat pengiriman surat pembaca
       1.Semua orang dapat mengirimkan keinginannya.
       2.Diketik 1,5 spasi,maksimal satu halaman folio.
       3.Ditandatangani serta dilengkapi foto kopi identitas diri.
       4.Isi seluruhnya tanggung jawab penulis dan tidak melayani identitas yang dirahasiakan.
       5.Redaksi berhak melakukan editing.

                      Contoh Surat Pembaca
                      Sesuai Prosedur Jamsostek
                 Menanggapi pertanyaan Ibu Yunita Corinawati yang disampaikan lewat Kompas (8/10 Rujukan Peserta Jamsostek dapat disampaikan bahwa program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan(JPK) dilaksanakan dengan konsep Managed Care yang bertujuan terwujudnya efektivitas
       Pelayanan kesehatan dan efisiensi biaya dengan tetap memerhatikan mutu pelayanan,antara lain melalui sistem rijukan sesuai dengan indikasi medis.Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan apabila ada suspect atau dugaan kelainan janin pada kehamilan pasien.
                 Sementara apabila pasien tetap menginginkan pemeriksaan USG tanpa adanya dugaan kelainan medis.pemeriksaan itu akan dianggap sebagai Atas Permintaan Sendiri dalam surat rujukan,dan ini tidak ditanggung oleh program JPK.Apabila dokter atau bidan yang memeriksa menemukan kecurigaan dugaan kelainan janin pada kehamilan,secara otomatis pelaksanaan pelayanan kesehatan tingkat pertama,baik puskesmas maupun klinik,akan membuatkan surat rujukan ke rumah sakit yang ditunjuk (dalam kasus ini adalah R S Fatmawati )untuk pemeriksaan lanjutan
                  Dengan demikian,Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan,Jakarta Selatan ,telah menjalankan prosedur  pemberian pelayanan dengan benar sesuai ketentuan PT Jamsostek.Perluasan cakupan pelayanan untuk pemeriksaan USG dan lainnya yang saat ini sudah dapat dilakukan oleh puskesmas,tetapi belum termasuk cakupan pelayanan,akan kami pertimbangkan dalam kerja sama dengan PPK I di masa yang akan datang.
                  Apabila memerlukan penjelasan tentang pelayanan Program Jamsostek,dapat menghubungi kantor cabang kami.
                                                                                                 Ilyas Lubis
                                                                                                 Kepala Biro Humas PT Jamsostek
                                                                                                 (Sumber :Kompas,22 Januari 2008) 


VI.    Metode Pembelajaran
    a. Permodelan
    b. Inkuiri
    c. Penugasan
       d.Tanya Jawab
       e.Diskusi

VII.Langkah-langkah pembelajaran
    a. Kegiatan Awal
Apersepsi :
1. Peserta didik mencermati surat pembaca
    2. Peserta didik menentukan hal-hal pokok dalam surat pembaca
    3. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang isi surat pembaca
Memotivasi :
1. Peserta didik berdiskusi untuk menentukan hal-hal pokok yang harus ada dalam surat pembaca

b. Kegiatan Inti
    Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru
•    memfasilitasi  Peserta didik dapat  mengamati lingkungn sekolah untuk menentukan permasalahan / usul / saran yang akan  dismpaikan dalam surat pembaca
•    Peserta didik menulis surat pembaca
•    Peserta didik menyunting surat pembaca
•    Peserta didik memilih tiga surat pembaca terbaik untuk ditempel di majalah dinding sekolah
•    Peserta didik dan guru menyepakati format penilaian surat pembaca
•    melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
•    menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
•    memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
•    melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

    Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
•    memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
•    memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
•    memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
•    memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
•    memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang  menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

    Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
•    memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

•    memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
•    memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
o    berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
o    membantu menyelesaikan masalah;
o    memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
o    memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
o    memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

c. Kegiatan Akhir
    Dalam kegiatan penutup, guru:
i.    bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat    rangkuman/simpulan  pelajaran;
ii.    melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
iii.    memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
iv.    merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik

VIII.    Alat dan Sumber Pembelajaran
                  a.Media Cetak / Surat Kabar
             b.Wirajaya,Asep Yudha.2008.Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTs
        Kelas IX.Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
                      c. Sukardi,dkk.2011.Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG)Bahasa Indonesia SMP Jakarta : 2011.
            d.Tim Inti Perkasa.2010.Bahasa Indonesia .Solo:PT Mutiara Permata Bangsa.